Langsung ke konten utama

Geologi Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung

Lagi bosen sama hiruk pikuk perkotaan? Bosen kalau jalan-jalan ke mall aja? Pengen liat yang seger-seger? Saya punya solusinya, ke Tahura aja.


Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda atau biasa disingkat Tahura ini, terletak di Bandung Utara, butuh waktu kira-kira 15 menit kalau pake kendaraan bermotor dari daerah ITB. Kali ini saya berkunjung ke Tahura dalam rangka ekskursi, bersama peserta mata kuliah Geologi Cekungan Bandung dan Geologi Wisata di ITB. Dalam perjalanan ini, dosen kedua mata kuliah tadi yaitu Pak Budi Brahmantyo berperan sebagai interpreter kami. Nah, mau tau kan keseruannya? yok mari kita mulai...., eit sebelum itu kita liat dulu ya foto temen saya waktu nunggu rombongan sambil nyemil-nyemil di warung sekitar di depan gerbang masuk Tahura:




Syukri
Andrew












Setelah rombongan lengkap, kami pun masuk dengan hanya membayar Rp10.000 per orang, normalnya adalah Rp11.000 tapi karena kami rombongan dapet potongan hehehe.

Perhentian pertama adalah Goa Jepang, yang konon katanya dulu diapakai para tentara Jepang untuk bersembunyi. Kami masuk cuma sampai ke mulutnya saja, teman-teman dari teknik geologi dengan sigap mengidenttifikasi batuan dari Goa Jepang ini. Menurut mereka, Goa Jepang ini tersusun dari endapan piroklastik lapili basaltis, nih penampakannya:

mengidentifikasi bagian luar Goa Jepang

mengidentifikasi bagian mulut Goa Jepang
pintu masuk Goa Jepang

Berikutnya, kami menuju ke Gua Belanda, kali ini kami masuk menelusurinya, aura dingin dan mistis sangat terasa disini, sesekali teman saya menunjuk tempat-tempat di dalamnya yang mungkin dulu merupakan tempat menggantung atau mengurung tahanan Belanda. Mari kita lihat fotonya:


suasana di dalam Gua Belanda

Setelah keluar dari Gua Belanda, kita mengikuti jalan setapak yang dikelilingi pepohonan. Di samping jalan setapak, didominasi oleh pohon kayu manis. Saya mencoba untuk mengupas sedikit kulitnya dan menjilatnya, ternyata betulan manis, seperti rasa manisnya rokok Gudang Garam Signature hehehe.

flora cantik Tahura
flora cantik Tahura








flora cantik Tahura

pohon Kayu Manis yang kalau masih muda dan dikupas rasanya seperti Gudang Garam Signature 
Rusa di Tahura
Selain jalan setapak, kami juga melewati beberapa jembatan yang maksimal hanya boleh dilalui 5 orang. Uniknya di jembatan tersebut biasanya ada pasangan yang sedang berpacaran, padahal bahaya sekali, jangan ditiru ya guys!

jembatan dinaiki bergantian

pasangan di jembatan, sangat berbahaya guys!
Nah, sampailah ke bagian dengan medan yang paling sulit, yaitu Batu Batik atau Selendang Dayang Sumbi. Menurut cerita, Batu Batik merupakan selendang dari Dayang Sumbi yang terjatuh saat dikejar oleh Sangkuriang yang hendak menikahinya, sesuai dengan Legenda Tangkuban Parahu yang terkenal.

Batu Batik / Selendang Dayang Sumbi

curam dan harus dibantu tali

foto dulu sebelum turunan curam










Di daerah Batu Batik ini, saya melihat respon yang beragam dari peserta rombongan yang berasal dari latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, peserta dari teknik geologi memperhatikan batu singkapan sekitar Batu Batik, peserta dari ilmu biologi melihat flora di sekitar Batu Batik, peserta dari ilmu oseanografi mengamati aliran sungai Ci Kapundung yang berada di samping Batu Batik dan dari peserta arsitektur menyarankan selain jalur yang curam, alangkah baiknya dibuat model tangga spiral agar akses menuju Batu Batik dapat dicapai semua orang. Betapa sangat indahnya kemultidisiplinan ilmu dalam pengembangan geologi wisata ini.

geologi
biologi











oseanografi
Perhentian terakhir setelah sekitar 5,5 km berjalan adalah Curug Omas, Curug adalah air terjun dalam Bahasa Sunda.
Curug Omas
Wah ternyata jalannya jauh juga ya, tapi tenang selama perjalanan, kamu akan menemukan beberapa warung dan istirahat, selain itu juga terdapat kuda dan ojeg yang dapat disewa sehingga kita bisa menikmati Tahura dengan santai.

ojeg di Tahura
kuda di Tahura

warung di Tahura

Sekian dulu perjalanan kali ini, semua foto adalah dokumentasi pribadi saya dan sampai ketemu di perjalanan berikutnya, thanks for reading!









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rendahnya Minat Membaca Indonesia

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Tarigan, 1984:7). Kridalaksana (1982:105) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang berimplikasi adanya penulis. Berdasarkan studi The World’s Most Literate Nations (WMLN) yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, Amerika Serikat, dari 61 negara yang di analisis, Indonesia menduduki peringkat 60. Peringkat tersebut didasarkan oleh lima indikator, antara lain adalah: (1)kondisi perpustakaan, (2)media cetak, (3) input terhadap sistem edukasi, (4) output dari sistem edukasi, dan (5)ketersediaan computer (Miller, 2016). Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional RI, Titik Kismiati mengungkapkan, minat baca penduduk Indonesia sangat rendah. Merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2012, h

Tarumanegara - Kerajaan Indigo di Indonesia

Ya, benar, Indonesia memiliki satu Kerajaan Indigo , namun Indigo yang dimaksud kali ini bukanlah sekelompok orang dengan kemampuan spirtual atau dapat membaca masa depan, bukan pula Indigo-nya Niki Zefanya. Indigo yang kita bahas kali ini adalah warna indigo atau warna biru, dan Kerajaan Indigo yang dimaksud adalah Kerajaan Tarumanegara . Bingungkan? Mau tau alasannya? Yuk ikuti pembahasan di bawah ini. Candi Batujaya Peninggalan Tarumanegara -   Mamat Ruhimat -  https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Nama Tarumanegara berasal dari 2 kata, yaitu “ Tarum ” dan “ Nagara ”. Nagara adalah bahasa sansekerta dari kerajaan, sedangkan kata Tarum digunakan karena kerajaan ini berpusat di sepanjang aliran sungai Citarum. Citarum sendiri barasal dari bahasa sunda “ Ci ” atau sungai dan “ Tarum ” yaitu suatu nama tumbuh