Langsung ke konten utama

“No Woman No Cry” Benarkah Bob Marley Tak Butuh Wanita?

Siapa yang tak kenal dengan Bob Marley, Ikon musik Reggae, Rastafari, dan Jamaika. Karya-karyanya tetap dikenang hingga sekarang meski Ia telah meninggal pada tanggal 11 Mei 1981 atau tepat sudah 39 tahun pada hari ini. Salah Satu karya lagu bob Marley yang paling Terkenal adalah “No Woman No Cry”. Lagu tersebut merupakan lagu hit pertama Bob yang dirilis di luar Jamaika pada tahun 1975. Namun, lagu ini kemungkinan adalah salah satu lagu yang paling sering disalah artikan oleh para pendengar di seluruh dunia.
Embed from Getty Images
Jika hanya mendengarkan bagian lagu yang berbunyi “No woman, no cry”, kebanyakan orang pasti akan berpikir bahwa lagu ini ditulis oleh seorang pria yang tak butuh kehadiran seorang wanita di hidupnya, entah pria itu baru saja putus cinta dengan seseorang atau memang ia tidak tertarik sama sekali dengan anita. Namun, dapat dipastikan bahwa interpretasi tersebut salah, sebab bagi Bob Marley yang berdarah Jamaika, terdapat sedikit penyimpangan atau perbedaan dalam penggunaan bahasa Inggris. Penyimpangan bahasa Inggris memang wajar ditemui di benua Afrika. Penggalan lagu yang berbunyi “No woman, no cry” sebenarnya bertujuan untuk menghentikan tangisan wanita, atau jika bahasa Inggris nya dibakukan, akan menjadi “No, woman, please don’t cry”. Bahkan dalam versi Jamaika, penulisannya menjadi “No, woman, nuh cry”. Nuh sendiri merupakan bahasa Inggris-Jamaika untuk don’t atau jangan.
Berikut adalah lirik lengkap dari lagu “No Woman No Cry”:


Lirik lagu tersebut merupakan gambaran Bob akan kehidupan di Trench Town atau Kota Trench, Jamaika yang penuh dengan kemiskinan dan penderitaan, khususnya kaum wanita. Walaupun lagu itu ditulis oleh Bob, tetapi kredit penulisan lagu ia berikan kepada Vincent “Tarta” Ford, pria yang menolong Bob saat masih miskin di Trench, walaupun Ford sendiri hanyalah seorang pemilik dapur sup yang miskin. Bob merasa berhutang budi dan memberikan kredit penulisan lagu kepada Ford dengan tujuan royalti lagu dapat memperbaiki kondisi ekonominya.
Embed from Getty Images
Pada akhirnya, “No Woman No Cry” bukanlah lagu putus cinta yang klise dan membual. Didalamnya terdapat unsur sosio-historis dan biografis dengan tujuan untuk menyampaikan realita masyarakat kelas bawah di Jamaika. Melalui “No Woman No Cry”, Bob mengajak kita untuk tidak meratapi keadaan (don’t shed no tears) karena segala sesuatunya akan baik-baik saja (‘cuz everything’s gonna be alright).
Embed from Getty Images
Daftar Pustaka
Awom, Iriano Y. P. "Analisis Lagu No Woman No Cry oleh Bob Marley melalui Pendekatan Sosiologi Sastra." Melanesia, vol. 2, no. 1, 2017, pp. 51-60, doi:10.30862/jm.v2i1.785.
Dawes, Kwame. 2002. Bob Marley Lyrical Genius. London: Sanctuary Publishing Limited.Moskowitz, David.2007. The Words and Music of Bob Marley. Westport: Praeger Publishers.
Ford, Vincent & Marley, Bob. (1974). No Woman No Cry. Kingston, Jamaika: Tuff Gong Studio
Leigh, Spencer. "Vincent Ford: Songwriter credited with composing 'No Woman, No Cry'", The Independent, 7 January 2009. Diakses 11 Mei 2020.
Kenner, Rob. "Vincent Ford Dies at 68; Inspired Classic Bob Marley Songs", The New York Times, 3 January 2009. Diakses 11 Mei 2020.
Toynbee, Jason (8 May 2013). Bob Marley: Herald of a Postcolonial World. John Wiley & Sons. pp. 1969–. ISBN 978-0-7456-5737-0. Retrieved 23 August 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rendahnya Minat Membaca Indonesia

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Tarigan, 1984:7). Kridalaksana (1982:105) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang berimplikasi adanya penulis. Berdasarkan studi The World’s Most Literate Nations (WMLN) yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, Amerika Serikat, dari 61 negara yang di analisis, Indonesia menduduki peringkat 60. Peringkat tersebut didasarkan oleh lima indikator, antara lain adalah: (1)kondisi perpustakaan, (2)media cetak, (3) input terhadap sistem edukasi, (4) output dari sistem edukasi, dan (5)ketersediaan computer (Miller, 2016). Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional RI, Titik Kismiati mengungkapkan, minat baca penduduk Indonesia sangat rendah. Merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2012, h

Geologi Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung

Lagi bosen sama hiruk pikuk perkotaan? Bosen kalau jalan-jalan ke mall aja? Pengen liat yang seger-seger? Saya punya solusinya, ke Tahura aja. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda  atau biasa disingkat Tahura ini, terletak di Bandung Utara, butuh waktu kira-kira 15 menit kalau pake kendaraan bermotor dari daerah ITB. Kali ini saya berkunjung ke Tahura dalam rangka ekskursi, bersama peserta mata kuliah Geologi Cekungan Bandung dan Geologi Wisata di ITB. Dalam perjalanan ini, dosen kedua mata kuliah tadi yaitu Pak Budi Brahmantyo berperan sebagai interpreter kami. Nah, mau tau kan keseruannya? yok mari kita mulai...., eit sebelum itu kita liat dulu ya foto temen saya waktu nunggu rombongan sambil nyemil-nyemil di warung sekitar di depan gerbang masuk Tahura: Syukri Andrew Setelah rombongan lengkap, kami pun masuk dengan hanya membayar Rp10.000 per orang, normalnya adalah Rp11.000 tapi karena kami rombongan dapet potongan hehehe. Perhentian pertama adalah  Goa

Tarumanegara - Kerajaan Indigo di Indonesia

Ya, benar, Indonesia memiliki satu Kerajaan Indigo , namun Indigo yang dimaksud kali ini bukanlah sekelompok orang dengan kemampuan spirtual atau dapat membaca masa depan, bukan pula Indigo-nya Niki Zefanya. Indigo yang kita bahas kali ini adalah warna indigo atau warna biru, dan Kerajaan Indigo yang dimaksud adalah Kerajaan Tarumanegara . Bingungkan? Mau tau alasannya? Yuk ikuti pembahasan di bawah ini. Candi Batujaya Peninggalan Tarumanegara -   Mamat Ruhimat -  https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Nama Tarumanegara berasal dari 2 kata, yaitu “ Tarum ” dan “ Nagara ”. Nagara adalah bahasa sansekerta dari kerajaan, sedangkan kata Tarum digunakan karena kerajaan ini berpusat di sepanjang aliran sungai Citarum. Citarum sendiri barasal dari bahasa sunda “ Ci ” atau sungai dan “ Tarum ” yaitu suatu nama tumbuh