Ya, benar,
Indonesia memiliki satu Kerajaan Indigo, namun Indigo yang dimaksud kali ini
bukanlah sekelompok orang dengan kemampuan spirtual atau dapat membaca masa
depan, bukan pula Indigo-nya Niki Zefanya. Indigo yang kita bahas kali ini
adalah warna indigo atau warna biru, dan Kerajaan Indigo yang dimaksud adalah Kerajaan Tarumanegara. Bingungkan? Mau
tau alasannya? Yuk ikuti pembahasan di bawah ini.
Candi Batujaya Peninggalan Tarumanegara - Mamat Ruhimat - https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara |
Tarumanagara
atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang
pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M.
Nama Tarumanegara berasal dari 2 kata, yaitu “Tarum” dan “Nagara”.
Nagara adalah bahasa sansekerta dari kerajaan, sedangkan kata Tarum digunakan
karena kerajaan ini berpusat di sepanjang aliran sungai Citarum. Citarum
sendiri barasal dari bahasa sunda “Ci”
atau sungai dan “Tarum” yaitu suatu
nama tumbuhan yang dulu banyak tumbuh di sekitar sungai Citarum. Tarum adalah
tumbuhan penghasil warna biru alami, di beberapa daerah di Indonesia, tarum
juga dikenal sebagai nila, dan di dunia internasional dikenal dengan nama
tumbuhan Indigo (Indigofera tinctoria).
Tumbuhan Indigo - Kurt Stüber/http://www.biolib.de/mavica/high/2500/02187.html |
Dari tumbuhan
tarum/indigo ini didapatkan zat pewarna biru alami yang dimanfaatkan dalam
pewarnaan batik atau tenun ikat tradisional dari Nusantara. Di dunia
internasional, pewarna indigo juga dikenal dalam proses pewarnaan shibori (sejenis batik dari Jepang) dan
proses pewarnaan kain berbahan dasar
jeans. Karena semakin maraknya pewarna biru sintetis dan kekhasan warna biru
yang dihasilkan tanaman indigo, produk/busana yang masih menggunakan pewarna
alami indigo relatif memilik harga yang relatif lebih mahal, jika dibandingkan
dengan produk yang menggunakan pewarna biru sintetis. Hal itu juga disertai
dengan proses pewarnaan indigo yang relatif lebih rumit daripada pewarnaan
sintetis.
Batik Indigo - Dina Astria/Industry.co.id |
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Kerajaan Tarumanegara layak kita sebut sebagai Kerajaan
Indigo di Indonesia. Selain itu, karena bertumpu pada pertanian yang berpusat
di sekitar Sungai Citarum, Tarumanegara adalah salah satu kerajaan dengan
sistem irigasi atau pengaliran terbaik yang pernah ada di Nusantara, kehebatan
tersebut diceritakan dalam salah satu prasasti peninggalan Tarumanegara, yaitu
Prasasti Tugu.
Namun, Kerajaan
beserta tumbuhan Tarum tersebut kini tidak dapat lagi kita temui di sekitaran
aliran sungai Citarum. Sekitar abad ke-7 Tarumanegara runtuh dan pecah menjadi
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai pembatasnya. Sedangkan,
menghilangnya Tarum dari sekitaran Sungai Citarum baru terjadi belakangan, dan
mungkin dapat dikaitkan dengan keadaan lingkungan sekitar Citarum yang telah
banyak berubah sejak paruh kedua dasawarsa 1980-an. Industrialisasi yang pesat
sejak akhir 1980-an di kawasan sekitar sungai ini telah menyebabkan menumpuknya
limbah buangan pabrik-pabrik di Citarum. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi,
dan sosial yang penting ini sejak 2007 menjadi salah satu dari sungai dengan
tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Jutaan orang tergantung langsung
hidupnya dari sungai ini, sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya, tiga
waduk PLTA dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di
wilayah hulu. Kini pemerintah dan berbagai elemen masyarakat telah memulai
proyek revitalisasi Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum yang digaungkan dengan
nama Citarum Harum. Detail dan publikasi mengenai Citarum Harum dapat diliihat
melalui situ resminya di http://citarum.org/
atau https://citarumharum.jabarprov.go.id/.
Pencemaran pada Sungai Citarum - dailymail.co.uk/news/article-460077/Is-worlds-polluted-river.html |
Anggota TNI yang juga Satgas Citarum Harum sektor 9 - Irfan Al-Faritsi/https://www.ayobandung.com/ |
Salah Satu Program Citarum Harum - http://www.edupublikjabar.com/2018/07/20/satgas-citarum-harum-sektor-7-gelar-penanaman-pohon-dan-penataan-bantaran-sungai/ |
Hati ini pilu
membiru rasanya melihat kondisi Citarum yang beberapa dekade terakhir telah
tercemar. Kini yang terlihat hanya airnya yang hitam dan pekat karena tercemar.
Semoga masa-masa seperti kejayaan Tarumanegara itu datang lagi, sungainya
jernih, dan tanahnya yang biru oleh hamparan Tarum.
Hamparan Indigo - Sarah Bellos/https://www.youtube.com/watch?v=g8EOTa94ie8 |
Daftar Pustaka
Ferreira, E.S.B.; Hulme A. N.; McNab H.; Quye A.
(2004). The natural constituents of
historical textile dyes.
J. Noorduyn dan H.Th. Verstappen. Purnavarman Riverworks Near Tugu.
St. Clair, Kassia (2016). The Secret Lives of Colour. London: John Murray.
Komentar
Posting Komentar